Sabtu, 19 November 2011

Perang Android, iOS, Blackberry, WP7,





Sistem operasi (OS) Android akhirnya melampaui Symbian di penghujung 2010. Meski sempat diperdebatkan, dominasi Android di kancah mobile OS memang sudah diprediksi banyak pengamat. Bahkan di 2015, OS besutan Google ini disinyalir...

Semakin mendominasi pasar smartphone. Laporan Canalys pada kuartal keempat 2010 menyebutkan platform Android berhasil melampaui Symbian dalam hal penjualan smartphone di seluruh dunia. Pencapaian Android ini menjadi penanda pertama kalinya dalam kurun waktu 10 tahun Symbian berhasil dilengserkan.

Canalys menyebutkan gabungan vendor berhasil menggelontorkan 32,9 juta ponsel cerdas berbasis Android. Sementara Symbian OS hanya berhasil melepas 31 juta unit. Artinya, dalam penguasaan pasar, Android meraup 32,9 persen share dan Symbian hanya menguasai 30,6 persen.

Kilas balik di atas sekedar mengingatkan bahwa sejak si ‘robot hijau’ mulai mengangkangi Symbian, praktis OS tersebut terus melesat tanpa bisa dihentikan. Platform Android sendiri terus memperluas jajahannya secara agresif. Menurut penelitian comScore di Perancis, Jerman, Italia, Spanyol dan Inggris, Android tumbuh sebesar 16,2 persen antara bulan Juli 2010 sampai Juli 2011, yang menempatkannya pada posisi kedua di pasar OS mobile.

Platform OS milik Nokia disebut-sebut masih menguasai posisi puncak meski pasarnya terus digerogoti. Pesaing lain yakni iOS dari Apple bertengger di posisi ketiga dengan pertumbuhan sebesar 1,2 persen per tahunnya. Disusul Blackberry OS di posisi empat dan Windows di urutan lima.

Laporan dari agen periklanan mobile, InMobi mengurai prediksi serupa. Disebutkan OS iPhone dan Android tumbuh signifikan di pasar global. Pertumbuhan Android diklaim lebih baik dan mampu melampaui iOS meski masih belum mampu melengserkan Symbian. Bahkan, jika diteropong lebih jauh lagi – berkaca pada prediksi beberapa lembaga riset – semakin terlihat mobile OS bakal didominasi Android. Ambil contoh IDC yang menyebutkan Android bakal menjadi OS smartphone paling populer di 2015.

Analis Gartner pun mengungkapkan hal serupa. Hasil riset Gartner menyebutkan pada 2015 Android akan menguasai 48,8 persen pasar OS mobile. Gartner memprediksi popularitas Android akan berada jauh di atas kompetitornya seperti IOS (Apple), BlackBerry (RIM), Windows (Microsoft) dan Symbian (Nokia).

Melihat sepak terjang OS Android yang begitu fantastis, para pesaingnya tentu tak bakal tinggal diam dan berupaya mengganjal langkahnya. Apalagi jumlah vendor yang mengadopsi sistem operasi Google tersebut semakin menggurita jumlahnya. Tapi, tak sedikit juga vendor yang ‘ngotot’ bertahan untuk tak menggunakan Android. Paling jelas tentu saja beberapa rival yang faktanya mempunyai OS sendiri yakni iPhone dengan iOS-nya atau Nokia dengan Symbian-nya

Bahkan Research in Motion (RIM) pun seperti kebakaran jenggot. Beberapa hal telah terjadi Google dan Apple sukses menyerobot pasar smartphone sementara bisnis Blackberry terus merosot. Nokia dan Microsoft bekerjasama membangun ekosistem baru lewat Windows Phone 7 (WP7). RIM tak mau diam saja dan akhirnya mempersiapkan QNX sebagai platform baru untuk smartphone-nya di masa mendatang. Sebuah langkah ‘antisipasi’ yang sedikit terlambat. Sama halnya seperti Nokia dan Microsoft yang belakangan terpaksa menjalin aliansi.

Bahkan, Nokia sampai tega ‘membuang’ OS Symbian dan platform MeeGo yang tengah dikembangkan bersama Intel. Langkah Nokia menggandeng Microsoft semakin memanaskan peperangan di sektor mobile OS. Jika merunut ke belakang, sistem operasi terbuka Android sebenarnya sudah sempat membuat Nokia cemas sejak awal dikembangkan. Demi mengantisipasi ancaman itu, Nokia terpaksa membeli Symbian dan menciptakan Symbian Foundation pada pertengahan 2008.
Padahal, kala itu Symbian tergolong populer dan masih mendominasi pasar dengan 50 persen market share dikutip dari perusahaan riset IDC dan Canalys. Tapi, vendor asal Finlandia itu seperti mencium gelagat buruk bahwa Android bakal menjadi ‘rival’ serius dalam industri OS mobile.

Sayang, seiring berjalannya waktu, satu per satu pendukung Symbian pun berguguran. Dalam hitungan tahun, vendor seperti Sony Ericsson dan Samsung menyatakan berhenti mendukung platform tersebut. Belakangan, keduanya malah fokus pada sistem operasi Android yang tengah laris.

Belakangan Nokia diisukan bakal mengembangkan sistem operasi yang dikhususkan untuk ponsel segmen low end. OS untuk kalangan menengah ke bawah ini disebut-sebut akan mempunyai kode nama Meltemi dan berbasis open source atau Linux. Sengitnya aroma persaingan di sektor OS mobile rupanya tak berhenti di beberapa pengembang atau vendor besar yang sukses dengan platformnya. Intel bahkan mengembangkan lagi platform baru sebagai pengganti MeeGo yang dijuluki Tizen.

Belum lama ini, Intel mengumumkan rencana beralih dari MeeGo ke Tizen. Kabarnya, Tizen bakal mendukung berbagai perangkat mulai dari smartphone, tablet, netbook, smart TV hingga sistem dalam kendaraan. Samsung, vendor yang saat ini sukses memasarkan perangkat berbasis Android pun sejatinya memiliki OS sendiri yakni Bada. Pengembangan sistem operasi tersebut pun mengarah kian serius dan sudah mencapai versi 2.0.

Menariknya, OS Bada yang kurang diperhitungkan ini ternyata masih mampu menghalau laju ponsel berbasis WP7. Menurut catatan Canalys, handset berbasis Windows Phone 7 dikapalkan sekitar 2 juta unit. Sementara Samsung Bada berhasil dikapalkan sekitar 3,5 juta unit di kuartal pertama 2011.

Sepak terjang OS mobile seperti Android dan iOS tak hanya membangkitkan persaingan dan kelahiran OS baru. Ada pula yang ketiban sial seperti terpuruknya WebOS. Perangkat WebOS distop produksinya karena gagal di pasaran. HP sebagai pemilik pun lantas berniat menjual lisensi WebOS. Sayang, peminatnya masih sepi.

Sementara Google sang pembesut Android pun tak mau tinggal diam dan berupaya terus memperkuat eksistensinya. Google bahkan mengakuisisi Motorola senilai 12,5 dolar AS demi mendapatkan paten yang bisa memperkuat posisi Android. So, panasnya perang OS mobile bakal semakin menarik saja. Tinggal menunggu waktu siapa yang terdepak dan siapa yang mendominasi.

Sifat Partikel dari Cahaya: Efek Fotolistrik



Pernahkah kamu melihat pelangi? Pernahkah kamu melihat warna-warni di jalan aspal yang basah? Pelangi terjadi akibat dispersi cahaya matahari pada titik-titik air hujan. Adapun warna-warni yang terlihat di jalan beraspal terjadi akibat gejala interferensi cahaya. Gejala dispersi dan interferensi cahaya menunjukkan bahwa cahaya merupakan gejala gelombang. Gejala difraksi dan polarisasi cahaya juga menunjukkan sifat gelombang dari cahaya.
http://aktifisika.files.wordpress.com/2010/02/158122970_70edfbcc03.jpg?w=300&h=200
pola warna-warni di atas aspal basah yang dikenai bensin terjadi akibat interferensi cahaya
Gejala fisika yang lain seperti spektrum diskrit atomik, efek fotolistrik, dan efek Compton menunjukkan bahwa cahaya juga dapat berperilaku sebagai partikel. Sebagai partikel cahaya disebut dengan foton yang dapat mengalami tumbukan selayaknya bola.
Efek Fotolistrik
Ketika seberkas cahaya dikenakan pada logam, ada elektron yang keluar dari permukaan logam. Gejala ini disebut efek fotolistrik. Efek fotolistrik diamati melalui prosedur sebagai berikut. Dua buah pelat logam (lempengan logam tipis) yang terpisah ditempatkan di dalam tabung hampa udara. Di luar tabung kedua pelat ini dihubungkan satu sama lain dengan kawat. Mula-mula tidak ada arus yang mengalir karena kedua plat terpisah. Ketika cahaya yang sesuai dikenakan kepada salah satu pelat, arus listrik terdeteksi pada kawat. Ini terjadi akibat adanya elektron-elektron yang lepas dari satu pelat dan menuju ke pelat lain secara bersama-sama membentuk arus listrik.
http://www.cartage.org.lb/en/themes/sciences/physics/quantumphysics/ParticlePhysics/photoelectric_effect.gifHasil pengamatan terhadap gejala efek fotolistrik memunculkan sejumlah fakta yang merupakan karakteristik dari efek fotolistrik. Karakteristik itu adalah sebagai berikut.
  1. hanya cahaya yang sesuai (yang memiliki frekuensi yang lebih besar dari frekuensi tertentu saja) yang memungkinkan lepasnya elektron dari pelat logam atau menyebabkan terjadi efek fotolistrik (yang ditandai dengan terdeteksinya arus listrik pada kawat). Frekuensi tertentu dari cahaya dimana elektron terlepas dari permukaan logam disebut frekuensi ambang logam. Frekuensi ini berbeda-beda untuk setiap logam dan merupakan karakteristik dari logam itu.
  2. ketika cahaya yang digunakan dapat menghasilkan efek fotolistrik, penambahan intensitas cahaya dibarengi pula dengan pertambahan jumlah elektron yang terlepas dari pelat logam (yang ditandai dengan arus listrik yang bertambah besar). Tetapi, Efek fotolistrik tidak terjadi untuk cahaya dengan frekuensi yang lebih kecil dari frekuensi ambang meskipun intensitas cahaya diperbesar.
  3. ketika terjadi efek fotolistrik, arus listrik terdeteksi pada rangkaian kawat segera setelah cahaya yang sesuai disinari pada pelat logam. Ini berarti hampir tidak ada selang waktu elektron terbebas dari permukaan logam setelah logam disinari cahaya.
Karakteristik dari efek fotolistrik di atas tidak dapat dijelaskan menggunakan teori gelombang cahaya. Diperlukan cara pandang baru dalam mendeskripsikan cahaya dimana cahaya tidak dipandang sebagai gelombang yang dapat memiliki energi yang kontinu melainkan cahaya sebagai partikel.
Perangkat teori yang menggambarkan cahaya bukan sebagai gelombang tersedia melalui konsep energi diskrit atau terkuantisasi yang dikembangkan oleh Planck dan terbukti sesuai untuk menjelaskan spektrum radiasi kalor benda hitam. Konsep energi yang terkuantisasi ini digunakan oleh Einstein untuk menjelaskan terjadinya efek fotolistrik. Di sini, cahaya dipandang sebagai kuantum energi yang hanya memiliki energi yang diskrit bukan kontinu yang dinyatakan sebagai E = hf.
Konsep penting yang dikemukakan Einstein sebagai latar belakang terjadinya efek fotolistrik adalah bahwa satu elektron menyerap satu kuantum energi. Satu kuantum energi yang diserap elektron digunakan untuk lepas dari logam dan untuk bergerak ke pelat logam yang lain. Hal ini dapat dituliskan sebagai
Energi cahaya = Energi ambang + Energi kinetik maksimum elektron
E = W0 + Ekm
hf = hf0 + Ekm
Ekm = hfhf0
Persamaan ini disebut persamaan efek fotolistrik Einstein. Perlu diperhatikan bahwa W0 adalah energi ambang logam atau fungsi kerja logam, f0 adalah frekuensi ambang logam, f adalah frekuensi cahaya yang digunakan, dan Ekm adalah energi kinetik maksimum elektron yang lepas dari logam dan bergerak ke pelat logam yang lain. Dalam bentuk lain persamaan efek fotolistrik dapat ditulis sebagai
http://aktifisika.files.wordpress.com/2010/02/fotoelektrik01.gif?w=100&h=38Dimana m adalah massa elektron dan ve adalah dan kecepatan elektron. Satuan energi dalam SI adalah joule (J) dan frekuensi adalah hertz (Hz). Tetapi, fungsi kerja logam biasanya dinyatakan dalam satuan elektron volt (eV) sehingga perlu diingat bahwa 1 eV = 1,6 × 10−19 J.
Potensial Penghenti
Gerakan elektron yang ditandai sebagai arus listrik pada gejala efek fotolistrik dapat dihentikan oleh suatu tegangan listrik yang dipasang pada rangkaian. Jika pada rangkaian efek fotolistrik dipasang sumber tegangan dengan polaritas terbalik (kutub positif sumber dihubungkan dengan pelat tempat keluarnya elektron dan kutub negatif sumber dihubungkan ke pelat yang lain), terdapat satu nilai tegangan yang dapat menyebabkan arus listrik pada rangkaian menjadi nol.
Arus nol atau tidak ada arus berarti tidak ada lagi elektron yang lepas dari permukaan logam akibat efek fotolistrik. Nilai tegangan yang menyebabkan elektron berhenti terlepas dari permukaan logam pada efek fotolistrik disebut tegangan atau potensial penghenti (stopping potential). Jika V0 adalah potensial penghenti, maka
Ekm = eV0
http://aktifisika.files.wordpress.com/2010/02/fotoelektrik02.gif?w=73&h=38Persamaan ini pada dasarnya adalah persamaan energi. Perlu diperhatikan bahwa e adalah muatan elektron yang besarnya 1,6 × 10−19 C dan tegangan dinyatakan dalam satuan volt (V).
Aplikasi Efek fotolistrik
Efek fotolistrik merupakan prinsip dasar dari berbagai piranti fotonik (photonic device) seperti lampu LED (light emitting device) dan piranti detektor cahaya (photo detector).

SEJARAH MESIN JET

Mesin pesawat jet modern dikembangkan secara bersamaan di Inggris oleh Frank Whittle dan di Jerman oleh Hans von Ohain. Penerbangan pertama pesawat jet terjadi di Jerman pada tahun 1939. Di Jerman pesawat jet tempur dipergunakan menjelang akhir Perang Dunia II, Messerschmidt 262, tetapi usaha Jerman terlambat sehingga tidak bisa berbuat lebih banyak untuk memenangkan perang Jerman. Militer AS mulai mengembangkan pesawat jet tempur selama Perang Dunia II dengan mesin yang didasarkan pada desain Whittle's. Teknologi meningkat dengan cepat setelah perang dengan akses ke teknologi Jerman. Produsen mesin jet terbesar saat ini yaitu General Electric dan Pratt-Whitney and Rolls-Royce.

Sir Isaac Newton pada abad ke-18 adalah orang pertama yang berteori bahwa ledakan disalurkan ke belakang-bisa mendorong mesin ke depan pada tingkat besar kecepatan. Teori ini didasarkan pada hukum ketiga gerak. Sebagai ledakan udara panas mundur melalui nozzle pesawat bergerak maju.
Henri Giffard dibangun sebuah pesawat yang didukung oleh mesin pesawat pertama, kuda listrik tiga mesin uap. Itu sangat berat, terlalu berat untuk terbang.

Pada 1874, Felix de Candi , membangun sebuah pesawat udara bersayap sepasang yang terbang hanya hop singkat menuruni bukit dengan bantuan berbahan bakar batubara mesin uap.
Otto Daimler , pada akhir 1800-an menemukan mesin bensin pertama.
Pada tahun 1894, Amerika Hiram Maxim mencoba kekuatan biplan triple dengan dua mesin uap berbahan bakar batubara. Ini hanya terbang selama beberapa detik.

Mesin uap awal yang didukung oleh batubara dipanaskan dan pada umumnya terlalu berat untuk terbang.
American Samuel Langley membuat pesawat model yang didukung oleh mesin uap. Pada tahun 1896, dia berhasil menerbangkan pesawat tak berawak dengan bertenaga mesin uap, yang disebut Aerodrome . Ini terbang sekitar 1 mil sebelum kehabisan uap. Ia kemudian mencoba membangun sebuah pesawat berukuran penuh, A Aerodrome,dengan mesin bertenaga gas. Pada tahun 1903, ia jatuh segera setelah diluncurkan dari sebuah kapal rumah.

Pada 1903, Wright Brothers terbang, The Flyer , dengan gas bertenaga kuda tenaga mesin 12.
Dari 1903, tahun penerbangan pertama Wright Brothers, untuk akhir 1930-an gas reciprocating bertenaga mesin pembakaran internal dengan baling-baling adalah satu-satunya cara yang digunakan untuk mendorong pesawat.

Itu adalah Frank Whittle , seorang pilot Inggris, yang merancang mesin turbo jet pertama di 1930. Mesin Whittle pertama berhasil terbang pada bulan April, 1937. Mesin ini menampilkan kompresor multistage, dan ruang bakar, turbin satu tahap dan nozel.

Pesawat jet pertama yang berhasil menggunakan jenis mesin adalah Heinkel Jerman Dia 178. Itu adalah turbojet bertenaga's penerbangan pertama dunia. General Electric untuk US Army Air Force membangun pesawat jet pertama Amerika. Itu adalah pesawat eksperimental 59A-XP.

TEORI LOKASI INDUSTRI


Pertimbangan utama dalam menentukan alternatif lokasi industri yaitu ditekankan pada biaya transportasi yang rendah. Pada prinsipnya beberapa teori lokasi tersebut untuk memberikan masukan bagi penentuan lokasi optimum, yaitu lokasi yang terbaik dan menguntungkan secara ekonomi. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai beberapa teori lokasi :
a. Theory of industrial location (teori lokasi industri) dari Alfred Weber
Teori ini dimaksudkan untuk menentukan suatu lokasi industri dengan mempertimbangkan risiko biaya atau ongkos yang paling minimum, dengan asumsi sebagai berikut:
1) Wilayah yang akan dijadikan lokasi industri memiliki: topografi, iklim dan penduduknya relatif homogen.
2) Sumber daya atau bahan mentah yang dibutuhkan cukup memadai.
3) Upah tenaga kerja didasarkan pada ketentuan tertentu, seperti Upah Minimum Regional (UMR).
4) Hanya ada satu jenis alat transportasi.
5) Biaya angkut ditentukan berdasarkan beban dan jarak angkut.
6) Terdapat persaingan antarkegiatan industri.
7) Manusia yang ada di daerah tersebut masih berpikir rasional.
Persyaratan tersebut jika dipenuhi maka teori lokasi industri dari Alfred Weber dapat digunakan. Weber menggunakan tiga faktor (variabel penentu) dalam analisis teorinya, yaitu titik material, titik konsumsi, dan titik tenaga kerja. Ketiga titik (faktor) ini diukur dengan ekuivalensi ongkos transport. Berdasarkan asumsi tersebut di atas, penggunaan teori Weber tampak seperti pada gambar berikut ini :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPV3UcYQR3jY1envrT5OpkR3Zs4SISAu-mxgm0EVjGoFinJoNwc8MR-BTzY_nMwCkYVYV5NdVIEOxDi1Nen8qSrRCPOswTj4eXGd5kPeMekOd_7eArC0sSXCotaYpbyPHtFXl9lBrC6BM/s400/Segitiga+Weber.jpg
(a) (b) (c)
Segitiga Weber dalam menentukan lokasi industri(Sumber: Ilmu Pengetahuan Populer, 2000)
Keterangan:
M = pasar
P = lokasi biaya terendah.
R1, R2 = bahan baku
Gambar
(a) : apabila biaya angkut hanya didasarkan pada jarak.
(b) : apabila biaya angkut bahan baku lebih mahal dari pada hasil industri.
(c) : apabila biaya angkut bahan baku lebih murah dari pada hasil industri.

b. Teori lokasi industri optimal (Theory of optimal industrial location) dari Losch
Teori ini didasarkan pada permintaan (demand), sehingga dalam teori ini diasumsikan bahwa lokasi optimal dari suatu pabrik atau industri yaitu apabila dapat menguasai wilayah pemasaran yang luas, sehingga dapat dihasilkan pendapatan paling besar. Untuk membangun teori ini, Losch juga berasumsi bahwa pada suatu tempat yang topografinya datar atau homogen, jika disuplai oleh pusat (industri) volume penjualan akan membentuk kerucut. Semakin jauh dari pusat industri semakin berkurang volume penjualan barang karena harganya semakin tinggi, akibat dari naiknya ongkos transportasi. Berdasarkan teori ini, setiap tahun pabrik akan mencari lokasi yang dapat menguasai wilayah pasar seluas-luasnya. Di samping itu, teori ini tidak menghendaki wilayah pasarannya akan terjadi tumpang tindih dengan wilayah pemasaran milik pabrik lain yang menghasilkan barang yang sama, sebab dapat mengurangi pendapatannya. Karena itu, pendirian pabrik-pabrik dilakukan secara merata dan saling bersambungan sehingga berbentuk heksagonal.

c. Teori susut dan ongkos transport (theory of weight loss and transport cost)
Teori ini didasarkan pada hubungan antara faktor susut dalam proses pengangkutan dan ongkos transport yang harus dikeluarkan, yaitu dengan cara mengkaji kemungkinan penempatan industri di tempat yang paling menguntungkan secara ekonomi. Suatu lokasi dinyatakan menguntungkan apabila memiliki nilai susut dalam proses pengangkutan yang paling rendah dan biaya transport yang paling murah. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa:
1) Makin besar angka rasio susut akibat pengolahan maka makin besar kemungkinan untuk penempatan industri di daerah sumber bahan mentah (bahan baku), dengan catatan faktor yang lainnya sama.
2) Makin besar perbedaan ongkos transport antara bahan mentah dan barang jadi maka makin besar kemungkinan untuk menempatkan industri di daerah pemasaran.

d. Model gravitasi dan interaksi (model of gravitation and interaction) dari Issac Newton dan Ullman
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa tiap massa mempunyai gaya tarik (gravitasi) untuk berinteraksi di tiap titik yang ada di region yang saling melengkapi (regional complementarity), kemudian memiliki kesempatan berintervensi (intervening opportunity), dan kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang (spatial transfer ability). Teori interaksi ialah teori mengenai kekuatan hubungan-hubungan ekonomi (economic connection) antara dua tempat yang dikaitkan dengan jumlah penduduk dan jarak antara tempat-tempat tersebut. Makin besar jumlah penduduk pada kedua tempat maka akan makin besar interaksi ekonominya. Sebaliknya, makin jauh jarak kedua tempat maka interaksi yang terjadi semakin kecil. Untuk menggunakan teori ini perhatikan rumus berikut.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5g4HoMffjjtpqBv0CSlys8eIGogsaJ5RjVAoYsiZ0thWCuKZL9sghBUejw6nNX3os_sCOb3foI91MI_IzpA2L_sKJrn6t5Hnx5cKrC2AextF8PtBqQxMwB6mRN-KTd3Onjc7smWN4Jus/s400/Rumus.jpg
Keterangan:
I = gaya tarik menarik diantara kedua region.
d = jarak di antara kedua region.
P = jumlah penduduk masing-masing region.

e. Teori tempat yang sentral (theory of cental place) dari Walter Christaller
Teori ini didasarkan pada konsep range (jangkauan) dan threshold (ambang). Range (jangkauan) adalah jarak tempuh yang diperlukan untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan masyarakat, sedangkan threshold (ambang) adalah jumlah minimal anggota masyarakat yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan suplai barang. Menurut teori ini, tempat yang sentral secara hierarki dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1) Tempat sentral yang berhierarki 3 (K = 3), merupakan pusat pelayanan berupa pasar yang senantiasa menyediakan barang-barang bagi daerah sekitarnya, atau disebut juga kasus pasar optimal.
2) Tempat sentral yang berhierarki 4 (K = 4), merupakan situasi lalu lintas yang optimum. Artinya, daerah tersebut dan daerah sekitarnya yang terpengaruh tempat sentral itu senantiasa memberikan kemungkinan jalur lalu lintas yang paling efisien.
3) Tempat sentral yang berhierarki 7 (K = 7), merupakan situasi administratif yang optimum. Artinya, tempat sentral ini mempengaruhi seluruh bagian wilayah-wilayah tetangganya.
Untuk menerapkan teori ini, diperlukan beberapa syarat di antaranya sebagai berikut:
1) Topografi atau keadaan bentuk permukaan bumi dari suatu wilayah relatif seragam sehingga tidak ada bagian yang mendapat pengaruh lereng atau pengaruh alam lain dalam hubungannya dengan jalur angkutan.
2) Kehidupan atau tingkat ekonomi penduduk relatif homogen dan tidak memungkinkan adanya produksi primer yang menghasilkan padi-padian, kayu, dan batubara.

TEORI DASAR DIODA

Dioda ialah jenis VACUUM tube yang memiliki dua buah elektroda. Dioda tabung pertama kali diciptakan oleh seorang ilmuwan dari Inggris yang bernama Sir J.A. Fleming (1849-1945) pada tahun 1904.
                                                     Gambar 3.1 Struktur Dioda

Struktur dan skema dari dioda dapat dilihat pada gambar di atas.
Pada dioda, plate diletakkan dalam posisi mengelilingi katoda sedangkan heater disisipkan di dalam katoda. Elektron pada katoda yang dipanaskan oleh heater akan bergerak dari katoda menuju plate.

Untuk dapat memahami bagaimana cara kerja dioda pada rangkaian
Elektronik kita dapat meninjau 3 situasi sebagai berikut ini yaitu :

   1. Dioda diberi tegangan nol
   2. Dioda diberi tegangan negative
   3. Dioda diberi tegangan positive
  •      Dioda Diberi Tegangan Nol

                                                   





                                               Gambar 3.2 Dioda diberi tegangan nol

Ketika dioda diberi tegangan nol maka tidak ada medan listrik yang menarik elektron dari katoda. Elektron yang mengalami pemanasan pada katoda hanya mampu melompat sampai pada posisi yang tidak begitu jauh dari katoda dan membentuk muatan ruang (Space Charge). Tidak mampunya elektron melompat menuju katoda disebabkan karena energi yang diberikan pada elektron melalui pemanasan oleh heater belum cukup untuk menggerakkan elektron menjangkau plate.

  •      Dioda Diberi Tegangan Negative









                                            Gambar 3.3 Dioda dibari tegangan negatif


Ketika dioda diberi tegangan negatif maka potensial negatif yang ada pada plate akan menolak elektron yang sudah membentuk muatan ruang sehingga elektron tersebut tidak akan dapat menjangkau plate sebaliknya akan terdorong kembali ke katoda, sehingga tidak akan ada arus yang mengalir.
  •      Dioda Diberi Tegangan Positive
                                             Gambar 3.4 Dioda diberi tegangan positif

Ketika dioda diberi tegangan positif maka potensial positif yang ada pada plate akan menarik elektron yang baru saja terlepas dari katoda oleh karena emisi thermionic, pada situasi inilah arus listrik baru akan terjadi. Seberapa besar arus listrik yang akan mengalir tergantung daripada besarnya tegangan positif yang dikenakan pada plate. Semakin besar tegangan plate akan semakin besar pula arus listrik yang akan mengalir.

Oleh karena sifat dioda yang seperti ini yaitu hanya dapat mengalirkan arus listrik pada situasi tegangan tertentu saja, maka dioda dapat digunakan sebagai penyearah arus listrik (rectifier). Pada kenyataannya memang dioda banyak digunakan sebagai penyearah tegangan AC menjadi tegangan DC pada rangkaian
Elektronik.

2. Karakteristik Dioda

Hampir semua peralatan
Elektronika memerlukan sumber arus searah. Penyearah digunakan untuk mendapatkan arus searah dari suatu arus bolak-balik. Arus atau tegangan tersebut harus benar-benar rata tidak boleh berdenyut-denyut agar tidak menimbulkan gangguan bagi peralatan yang dicatu.

Dioda sebagai salah satu komponen aktif sangat popular digunakan dalam rangkaian
Elektronika, karena bentuknya sederhana dan penggunaannya sangat luas. Ada beberapa macam rangkaian dioda, diantaranya : penyearah setengah gelombang (Half-Wave Rectifier), penyearah gelombang penuh (Full-Wave Rectifier), rangkaian pemotong (Clipper), rangkaian penjepit (Clamper) maupun pengganda tegangan (Voltage Multiplier). Di bawah ini merupakan gambar yang melambangkan dioda penyearah.
Sisi Positif (P) disebut Anoda dan sisi Negatif (N) disebut Katoda. Lambang dioda seperti anak panah yang arahnya dari sisi P ke sisi N. Karenanya ini mengingatkan kita pada arus konvensional dimana arus mudah mengalir dari sisi P ke sisi N.